Sabtu, 12 September 2009

Humor dan Canda Rasulullah SAW

Beberapa riwayat humor dan canda Rasulullah saw. berikut semoga dapat menjadi inspirasi humor yang sehat, cerdas, positif dan menyegarkan.

Seseorang sahabat mendatangi Rasulullah SAw, dan dia meminta agar Rasulullah SAW membantunya mencari unta untuk memindahkan barang-barangnya. Rasulullah berkata: “Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana”. Sahabat bingung bagaimana mungkin seekor anak unta dapat memikul beban yang berat. “Ya Rasulullah, apakah tidak ada unta dewasa yang sekiranya sanggup memikul barang-barang ku ini?” Rasulullah menjawab, “Aku tidak bilang anak unta itu masih kecil, yang jelas dia adalah anak unta. Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta” Sahabat tersenyum dan dia-pun mengerti canda Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi. Sanad sahih)

Seorang perempuan tua bertanya pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga tidak ada perempuan tua”. Perempuan itu menangis mengingat nasibnya Kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi’ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan)

Seorang sahabat bernama Zahir, dia agak lemah daya pikirannya. Namun Rasulullah mencintainya, begitu juga Zahir. Zahir ini sering menyendiri menghabiskan hari-harinya di gurun pasir. Sehingga, kata Rasulullah, “Zahir ini adalah lelaki padang pasir, dan kita semua tinggal di kotanya”. Suatu hari ketika Rasulullah sedang ke pasar, dia melihat Zahir sedang berdiri melihat barang-barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluk Zahir dari belakang dengan erat. Zahir: “Heii……siapa ini?? lepaskan aku!!!”, Zahir memberontak dan menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya Rasulullah. Zahir-pun segera menyandarkan tubuhnya dan lebih mengeratkan pelukan Rasulullah. Rasulullah berkata: “Wahai umat manusia, siapa yang mau membeli budak ini??” Zahir: “Ya Rasulullah, aku ini tidak bernilai di pandangan mereka” Rasulullah: “Tapi di pandangan Allah, engkau sungguh bernilai Zahir. Mau dibeli Allah atau dibeli manusia?” Zahir pun makin mengeratkan tubuhnya dan merasa damai di pelukan Rasulullah. (Riwayat Imam Ahmad dari Anas ra)

Suatu ketika, Rasulullah saw dan para sahabat ra sedang ifthor. Hidangan pembuka puasa dengan kurma dan air putih. Dalam suasana hangat itu, Ali bin Abi Tholib ra timbul isengnya. Ali ra mengumpulkan kulit kurma-nya dan diletakkan di tempat kulit kurma Rasulullah saw. Kemudian Ali ra dengan tersipu-sipu mengatakan kalau Rasulullah saw sepertinya sangat lapar dengan adanya kulit kurma yang lebih banyak. Rasulullah saw yang sudah mengetahui keisengan Ali ra segera “membalas” Ali ra dengan mengatakan kalau yang lebih lapar sebenarnya siapa? (antara Rasulullah saw dan Ali ra). Sedangkan tumpukan kurma milik Ali ra sendiri tak bersisa. (HR. Bukhori, dhoif)

Aisyah RA berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, saat itu tubuhku masih ramping. Beliau lalu berkata kepada para sahabat beliau, ”Silakan kalian berjalan duluan!” Para sahabat pun berjalan duluan semua, kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Aku pun menyambut ajakan beliau dan ternyata aku dapat mendahului beliau dalam berlari. Beberapa waktu setelah kejadian itu dalam sebuah riwayat disebutkan:”Beliau lama tidak mengajakku bepergian sampai tubuhku gemuk dan aku lupa akan kejadian itu.”-suatu ketika aku bepergian lagi bersama beliau. Beliau pun berkata kepada para sahabatnya. “Silakan kalian berjalan duluan.” Para sahabat pun kemudian berjalan lebih dulu. kemudian beliau berkata kepadaku, “Marilah kita berlomba.” Saat itu aku sudah lupa terhadap kemenanganku pada waktu yang lalu dan kini badanku sudah gemuk. Aku berkata, “Bagaimana aku dapat mendahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini?” Beliau berkata, “Marilah kita mulai.” Aku pun melayani ajakan berlomba dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, ” Ini untuk menebus kekalahanku dalam lomba yang dulu.” (HR Ahmad dan Abi Dawud)

Rasulullah SAW juga pernah bersabda kepada ‘Asiyah, “Aku tahu saat kamu senang kepadaku dan saat kamu marah kepadaku.” Aisyah bertanya, “Dari mana engkau mengetahuinya?” Beliau menjawab, ” Kalau engkau sedang senang kepadaku, engkau akan mengatakan dalam sumpahmu “Tidak demi Tuhan Muhammad” Akan tetapi jika engkau sedang marah, engkau akan bersumpah, “Tidak demi Tuhan Ibrahim!”. Aisyah pun menjawab, “Benar, tapi demi Allah, wahai Rasulullah, aku tidak akan meninggalkan, kecuali namamu saja” (HR Bukhari dan Muslim) Wallahu’alam Bisshawab. Wabillahit Taufiq Wal Hidayah.

Kamis, 03 September 2009

Pewaris Nabi Itu Sahabtaku....

Huh...
Akhirnya Aku kunjungi juga Blogsport ku ini....
Padahal baru saja tadi malam Aku di ingatkan pada seorang Adik angkat ku di Batam yang mengatakan.... "kak........ Jangan Face Book terus yang di buka... Tapi buka tuh Blog nya gak pernah di edit...."
Maknya Aku buka deh Blog ku ini yang sudah sekian bulan gak pernah di Edit....
Namun, seelum Aku buka Blog, Aku membuka Face Book n Mata ku tertuju pada sebuah tulisan Sahabatku... Maka ku Buka dan ku baca...
Alang kah terenyuh nya ketika Aku membaca Tulisan itu....
Dan inilah tulisan Sahabatku...

Di Bulan Mulia ini Allah menggerakan hati saya menuju rumah seorang sahabat sekaligus guru.
Usianya lebih muda, orangnya cerdas dan tawadhu. Sebenarnya keperluannya sederhana saja. ambil surat mutasi untuk menyambung berguru di tanah kelahiran.

Awalnya basa-basi tentang mudik lebaran. Tapi pembicaraan berkembang ke latar belakang kehadiran beliau di tanah seberang ini.

Dulu ketika beliau masih kuliah di LIPIA, pada tahun 2 ditawari gurunya untuk kerja sambilan di ELNUSA mengelola CSR perusahaan itu. Diantaranya memakmurkan masjid yang dibina oleh ELNUSA.
Masih kuliah sudah bekerja di perusahaan besar pasti impian semua mahasiswa. Ini rahmat Allah bagi para da'i-Nya. 3 tahun sudah beliau kuliah dan bekerja di ELNUSA. Di akhir kuliah sahabatku ini diminta untuk mengelola Badan Hubungan Luar Negeri sebuah partai da'wah oleh guru dakwahnya.
Karena aktifnya di BHLN itu dia memilih untuk resign dari Elnusa. Tapi Elnusa selalu menolak Resign sang sahabat karena dinilai berjasa.

Selama aktif di BHLN sahabtku ini mengelola permintaan daerah-daerah yang membutuhkan da'i. Sehingga beliau mengirim teman2 da'i seangkatannya di LIPIA ke berbagai daerah di Indonesia.
Kemudian salah seorang dai seangkatannya yang berjuang di tanah seberang mengingatkannya untuk mengamalkan ilmunya di daerah yang membutuhkan.

Setelah musyawarah dengan keluarganya, akhirnya beliau memutuskan untuk hiijrah ke tanah seberang memenuhi panggilan dakwah. Hijrah meninggalkan semua fasilitas yang telah dinikmatinya selama ini. Hijrah meninggalkan ibu kota yang gemerlap menawarkan kemudahan hidup. Hijrah menuju panggilan dakwah yang secara duniawi tidak menawarkan apa pun.

Tidak terbayang olehnya akan beratnya hidup di kepulauan. Ketiadaan air bersih (sehingga setiap minggu harus membeli air), listrik yang langganan mati, harga2 yang serba mahal dst. Tidak terbayangkan berbagai kesulitan yang akan menghampirinya dan keluarga kecilnya.

Tetapi subhanallah. Beliau lalui semua itu dengan ikhlas. Beliau berdakwah dengan segenap kemampuannya. membesarkan kaderisasi di tanah seberang.

Allahu Akbar. Ketika kebanyakan orang enggan meninggalkan kenikmatan dunia apalagi pindah ke daerah yang sulit. Sahabatku ini malah melakukan itu semua. Pasti. Tidak ada kekuatan apapun di dunia ini yang sanggup menggerakan manusia menempuh hal-hal berat selain keridhaan akan perintah Ilahi untuk menyebarkan risalah-Nya kepada segenap ummat Islam di penjuru negeri.

Demi dakwah, sang sahabat rela melepas gaji besar dan fasilitas lengkap. Demi dakwah beliau rela bergelap2 di malam hari karena PLN mengambil haknya. Demi dakwah beliau rela kekeringan dan menyisihkan penghasilannya untuk membeli air ratusan ribu rupiah setiap bulannya.

Memang Nabi di era ini sudah tiada. Nabi tercinta telah mendahului kita 14 abad yang lalu. Tapi para pewarisnya.. mereka yang percaya akan keridhaan Allah.. mereka yang sedia berkorban di jalan dakwah ini .. insya Allah masih dapat kita temui hari ini.

Sahabat.. terima kasih. Teladanmu membuat diri ini malu. apa yang sudah kuperbuat di dunia ini dibanding denganmu.

Sahabat... semoga Allah meridhaimu. Dan menggolongkan engkau bersama barisan pelanjut risalah penebar dakwah..

mereka Para Pewaris Nabi

Ia adalah Sahabat, Guru bagiku yang dikisah kan dalam Cerita itu...
Alangkah nya hinanya diri ini ketika Aku baru saja mengalami sedikit Mihnah dari Da'wah ini....
Tetapi Aku sudah melakukan Keluh kesah, padahal apa yang aku lakukan dalam Jama'ah ini belum lah seberapa bahkan jauh..........
Ya Rabbul Izzah....
Jangan biarkan hati ini untuk berpisah dengannya, karena Aku Rindu dengannya akan Siraman Taujihat sang guru tersebut....
Untuk mu Para Pewaris Nabi.....
Ingatkanlah Aku dalam Ke Alpaan.....

Kisah di atas kan menjadi Inspirasi bagiku dalam Mengarungi samudra Da'wah ini....