Jumat, 26 Desember 2008
Waktu bergulir begitu Cepat berlalu, tanpa terasa kita telah berada di sebuah Momen yang setuap tahun kita rayakan.
Walau terlambat aku menulis sebuah tulisan ini untuk Ibunda ku, tetapi menurutku tidak.
Ibu........
Kuliha di Raut Wajahmu yang semakin Tua di makan Oleh Zaman, tetapi engkau tetap ttegar dalam menghadapi Kehidupan ini yang semakin hari semakin terjal.
Ibu.............
Masih ingat dalam ingatanku, keika Engkau megucapkan kata berupa Do'a yang engkau sampaikan terhadap diriku, ketika Aku akan memasuki bangku Perkuliahan.
Waktu itu engkau mengatakan Do'a "Ya Allah, berkahilah Aktifitas Anak Hamba dalam menjalankan Aktifitasnya, Lindungi lah Ia, Berikan Ia Kekuatan dalam menghadapi Rintangan mu"
Dan Waktu telah berlalu begitu Cepat.
Ibu..............
Kini Aku telah menyelesaikan Amanahmu di Bangku Perkuliahan.
Ternyata Do'a yang engkau sampaikan begitu membawa keberkahan bagi diriku.
Dan kini Aku telah menjelma menjadi Seorang yang engkau Cita2 kan dalam Do'amu.
Dan kini Aku hanya meminta darimu satu hal.
Izinkan Aku berjuang untuk Menegakkan Agama Allah, dan Aku mengharap kan Do'a Mu menyertai setiap langkahku.
Karena Ku sadari, tiada sesuatu yang paling berharga di Dunia ini selain Restumu dalam setiap langkahku.
Ibu................
Aku sadar, bahwa Aku belum dapat memenuhi keniginanmu untuk mencari Sesorang yang dapat memberikan Energi baru dalam Keluarga kita n Seorang Menantu yang engkau cita2 kan dari Buah Hati mu.
Sekali Lagi Aku meminta Restu mu dalam setiap Langkahku menjalani Kehidupan ini sebagai bekal dalam menjalani kehidupan ini.
Teruntuk Ibunda ku yang dalam setiap Detik Mengalir Do'a yang di persembahkannya untuk Diriku. "Ibu........., Izinkan Aku untuk Meniti Jalan Menuju Allah"
Minggu, 21 Desember 2008
Ada Hikmah Dibalik Musibah
Musibah dan anugerah adalah dua hal yang tidak luput dari kehidupan manusia. Agama telah mengajarkan bagaimana menyikapi kedua hal tersebut. Saat mendapat musibah kita harus bersabar, dan itu baik bagi kita karena dengan kesabaran, kita berharap Allah mengampuni dosa-dosa kita. Jika mendapat anugerah kita harus menyikapinya dengan bersyukur, dan itu juga baik bagi kita. Dengan bersyukur akan menambah tabungan untuk bekal kehidupan kelak diakherat. Barang siapa bersyukur, Insya Allah, Allah akan menambah nikmat kepada orang tersebut dan barang siapa kufur, sesungguhnya azab Allah sangat pedih.
Sebagian orang lebih mudah untuk bersyukur tatkala menerima anugerah dan kenikmatan dibandingkan bersabar saat sedang diuji dengan musibah. Banyak orang menjadi putus asa dengan ujian berupa musibah dan memandang musibah adalah sesuatu yang harus dihindari. Dengan doa, Insya Allah akan menolak musibah yang akan terjadi, namun jika musibah sedang menimpa atau telah menimpa diri kita, kita harus berusaha menyikapi dengan sabar dan mengambil hikmah dibalik musibah tersebut.
Musibah sering dipandang sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan, sesuatu yang menyedihkan dan lain sebagainya. Namun jika kita renungkan sedikit ternyata banyak hal yang pada mulanya kita anggap sebagai musibah pada akhirnya menjadi sebuah berkah bagi yang mengalaminya. Hikmah di balik musibah tersebut ada yang kita sadari, namun banyak juga yang kita lewatkan begitu saja. Ibarat murid disekolah, mereka akan naik kelas setelah lulus ujian, demikian pula Allah akan menguji hamba-Nya yang beriman dan akan mengangkat derajat dengan balasan di dunia dan di akherat.
Musibah letusan gunung Merapi yang terjadi beberapa waktu lalu, telah meluluh lantakkan hampir seluruh tanaman disekitarnya, semburan awan panas telah menghanguskan sayur mayur di lereng-lerang gunung merapi. Namun beberapa bulan berikutnya, tanaman dan sayuran sangat subur hijau royo-royo yang membuat terkesima mata memandang dan menyejukan hati bagi para petani. Dan masih banyak contoh-contoh lain yang dapat kita petik hikmahnya dari sebuah musibah ataupun bencana.
Musibah tidak hanya berupa bencana alam, kesulitan ekonomi, kekurangan bahan makanan, hilangnya gas dari peredaran, kesulitan memperoleh lapangan pekerjaan seringkali menyimpan misteri hikmah didalamnya. Dan bersama kesulitan terdapat kemudahan.
Secara ekonomi kami dibesarkan dari keluarga yang boleh dibilang kurang mampu, hal ini bukan berarti kami tidak menyukuri nikmat yang telah Allah anugerahkan. Untuk keperluan sehari-hari memang waktu kecil adalah masa-masa yang berat. Belum pernah rasanya pergi ke sekolah waktu SD memakai sepatu dan memakai tas. Berangkat sekolah dengan kaki telanjang dan dengan tas kresek adalah hal yang lumrah. Saat berangkat sekolah pun tidak jarang harus menunggu pakaian dicuci dulu, karena hanya satu-satunya dan berangkat dengan pakaian setengah basah.
Walaupun kondisinya sangat berat, semangat belajar keluarga kami sangat besar. Saat sekolah lanjutan berjalan kaki 6 km dalam sehari, tidaklah begitu dirasakan. Sepulang sekolah menjelang Asyar kepingin rasanya cepat-cepat sampai dirumah dan menikmati hidangan makan siang. Kadang-kadang Sampai dirumah ternyata belum tersedia makanan, karena ayah ibu juga baru pulang dari ladang. Maka kami harus membantu memasak terlebih dahulu, itupun tidak semudah memasak beras, karena waktu itu sehari-hari dengan nasi jagung, sehingga sebelum dimasak harus di tumbuk dulu supaya menjadi tepung. Sambil menanak nasi, sebagian kami mencari sayur atau umbi-umbian untuk dijadikan lauk.
Setelah istirahat sejenak, sehabis asyar kami mulai berangkat ke ladang membantu ayah, berangkat membawa pupuk kandang yang sangat berat, dan pulangnya membawa kayu bakar atau rumput buat pakan ternak. Sambil perjalanan pulang pergi ke ladang yang lumayan jauh, biasanya saya manfaatkan untuk sambil membaca pelajaran yang telah diringkas menjadi potongan kertas kecil. Tangan kiri memegang keranjang dan sabit, tangan kanan memegang catatan pelajaran.
Untuk membayar biaya sekolahpun adalah hal yang tidak mudah waktu itu, tidak jarang kami menunggak SPP hingga beberapa bulan. Jika pembayaran sudah jatuh tempo namun belum mempunyai uang, maka pagi-pagi sehabis subuh kami bersama ibu mencabut singkong ke kebun dan dibawa ke pasar. Harga singkong juga sangat murah waktu itu, sehingga supaya cukup untuk biaya SPP kami harus mengangkut beban yang sangat berat, bahkan pernah bawaan kakak sampai roboh. Saya juga tidak jarang membawa beban berat (nyunggi) hingga sampai sekarang masih ada bekas cekungan karena tekanan sekarung singkong yang saya bawa. Selain itu kami juga rajin menguliti batang pisang lalu dijemur, setelah kering dijual untuk bahan membuat keranjang tembakau (tombong). Hasil penjualan batang pisang (debog) tersebut kadang untuk keperluan dapur, kadang untuk membayar biaya sekolah.
Uang saku ke sekolah adalah sesuatu yang langka, jika teman-teman yang lain ke kantin saat istirahat, saya lebih memilih berdiam diri di kelas atau membawa bekal singkong yang saya masukkan dalam tas plastik, dan saya makan dikebun dekat sekolah, karena malu jika dilihat teman-teman. Waktu SMEA bekal yang dibawa juga masih setia, singkong dan singkong, ya sesekali bisa ke kantin jika ada uang lebih, apakah sedih hanya mbekel singkong, enggak juga tuh, biasa aja.
Bahkan saat SMEA, saya pernah sampai tidak berangkat sekolah saat ujian nasional, karena sampai batas waktu yang ditentukan belum sanggup melunasi SPP. Saya malah berangkat ke ladang membantu ibu memetik hasil tani. Saya tidak bilang sama Ibu bahwa saya tidak berangkat karena belum bayar SPP, karena saya khawatir beliau sedih jika mengetehuinya. Namun baru sekitar setengah jam saya diladang, ada utusan pak guru yang menjemput saya dan memperbolehkan saya mengikuti ujian walaupun belum lunas. Akhirnya saya langsung berangkat ke sekolah yang berjarak 20an km dengan membonceng utusan tersebut, dan walaupun tinggal sisa waktu setengah, Alhamdulillah saya lulus saat pengumuman bahkan mendapat point A pada mata ujian tersebut (Terima kasih pa Mulyono dan mas Supadi).
Menginjak kelas 3 SMEA saya membantu memasarkan dagangan koperasi sekolah, dengan pembayaran setelah laku. Saya dapat membantu sedikit-sedikit kebutuhan di rumah dari laba hasil penjualan tersebut dan sisanya saya tabung. Setelah lulus SMEA dengan berbekal tabungan sebesar 25 ribu saya merantau ke Jakarta untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Banyak lamaran yang telah dimasukkan namun tidak ada yang dipanggil, pernah dipanggil sebagai Cleaning Service dan sempat saya jalani beberapa bulan. Namun penghasilan yang diterima jauh dari cukup. Pada saat yang bersamaan saya mencoba mendaftar sekolah kedinasan dan Alhamdulillah diterima dan kuliah Gratis. Untuk biaya sehari-hari saya sambil jualan kacang telur yang saya titipkan ke warung-warung saat berangkat kuliah dan sorenya saya menagih hasil penjualan.
Dari tempaan kondisi yang sulit tersebut justeru memacu saya semangat berdagang/berwirausaha. Setelah selesai kuliah usaha dagang tetap saya teruskan. Dengan aneka dagangan yang lebih banyak, membuat kripik, membuka warung indomi, cheese stick, dan lain-lain. Bahkan sempat penghasilan yang saya peroleh dari berdagang hampir sepuluh kali lipat dibanding dengan gaji, dengan dibantu sekitar 10 orang tenaga kerja dan menyuplai lebih dari 400 toko serta beberapa supermarket.
Hingga saat ini, justeru berdagang menjadi hobi tersendiri yang sangat membantu ekonomi keluarga. Hal ini mungkin tidak akan pernah terjadi jika saya dibesarkan dari keluarga yang berkecukupan. Namun karena kondisi sulit tersebut memaksa kami untuk menciptakan peluang-peluang penghasilan. Dengan dipadukan dengan teknologi internet berdagang menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan. Alhamdulillah sudah banyak kemajuan yang saya peroleh melalui usaha dagang tersebut. Membantu keuangan keluarga di kampung, tempat tinggal dan kendaraan roda 2 dan 4 walau sederhana sedikit banyak saya peroleh dari wirausaha tersebut, walaupun materi bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesan seseorang.
Musibah dan anugerah, sukses dan gagal, jika diibaratkan dalam perjalanan di kereta api, bisa saja seperti pemandangan kiri kanan rel, sawah hijau membentang, gunung-gunung tinggi menjulang, air mengalir, pohon-pohon, dan kadang pula menemui bebatuan terjal, sambungan rel yang renggang, yang sedikit mengurangi kenyamanan, namun kita tidak terlena dengan keadaan di sekitar perjalanan, itu bukanlah tujuan, tetapi hanya pemandangan sekejap, tujuannya adalah suatu tempat stasiun/kota yang masih jauh di seberang sana.
Demikian pula, musibah dan anugerah, gagal dan berhasil dalam kehidupan adalah sebagai bumbu pemanis dalam mengarungi bahtera kehidupan, tujuan akhir kita adalah kembali kepada Allah atau Tuhan kita dalam keadaan yang diridhai, dan kebahagian yang tiada akhir.
Wallahu a'lam ബിശോവാബ്.
Sabtu, 20 Desember 2008
Siapakah Kekasih Allah Itu?
Tidaklah Allah menarik seorang kekasih ke Haribaan-Nya, kecuali karena kedermawannya (Al Hadis). Wali Allah artinya kekasih Allah. Ia orang yang sangat dekat dengan-Nya. Begitu dekatnya, sehingga ia menyerap di antara sifat rahman dan rahim-Nya sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya. Di antara ciri-cirinya, ia suka berinfak dan gemar menderma. Abu Al Abbas Al Zuzani meriwayatkan, " Telah sampai kepadaku kisah tentang Ibrahim. Allah bertanya kepadanya : Tahukah kamu kenapa aku mengambil kamu sebagai kekasih-Ku ( khalili ). Ibrahim menjawab : Tidak ya Rabbi. Tuhan berfirman : Aku menengok hati nuranimu. Aku temukan di sana ternyata kamu lebih senang memberi dari pada mengambil." Begitu mulianya orang yang dermawan, sehingga walaupun ia berdoa besar, ia tetap disukai Tuhan. Ketika Nabi Musa AS pergi ke bukit Sinai, ia menitipkan kaum Bani Israil kepada Nabi Harun. Tapi sepeninggalan Musa, orang-orang Bani Israil kembali Musyirik atas bujukan Samiri, lantaran terpesona dengan patungnya yang ajaib, yang bisa berbicara. Akhirnya mereka menyembah patung itu. Sekembalinya Nabi Musa AS, Samiri dipanggil dan harus dihukum mati. Ketika saat eksekusi akan dilakukan, malaikat Jibril turun menyampaikan firman Allah SWT, " Lepaskan dia dari hukuman mati karena walaupun ia memurtadkan banyak orang tetapi dia orang yang dermawan." Samiri bahkan dikaruniai usia yang panjang. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW," Amal apa yang paling utama ? " Nabi SAW menjawab, "Seutama-utama amal ialah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, yaitu melepaskannya dari rasa lapar, membebaskannya dari kesulitan, dan membayarkan utang-utangnya " ( HR Ibnu Hajar ). Kemudian Nabi mulia itu bersabda, " Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya membaguskan jamuan tamunya." Aisyah RA pun berkata, " Tidak henti-hentinya malaikat mendoakan kalian sepanjang makanan untuk tamu dihidangkan." Menantu Rasulullah SAW, Ali pernah suatu hari beliau menangis. Ketika ditanya, Ali menjawab, " Sudah satu minggu tidak datang tamu kepadaku dan aku takut akan menghinakan aku." Mengapa orang lebih cepat dekat dengan Allah melalui kedermawanan daripada zikir dan doa ? Perjalanan menuju Allah adalah upaya untuk hijrah dari kungkungan dirinya menuju rumah Tuhan, dari perhatian kepada kepentingan pribadi menuju perhatian sepenuhnya kepada Allah. Jadi orang yang dermawanan adalah orang yang tidak meletakkan kebahagiaannya pada pemilikan harta. Ia bahagia bukan karena bisa mengambil banyak. Ia bahagia karena bisa memberi banyak. Ali Zainal Abidin terkenal senang memikul gandum di malam hari di kota Madinah, ia membagikannya kepada fakir miskin. Semuanya tanpa diketahui orang. Bila ada orang datang ke rumahnya minta tolong, ia berucap, " Selamat datang wahai orang yang berkenan memikul bekalku untuk hari akhirat." Abdullah bin Umar meriwayatkan hadis Rasulullah SAW yang berbunyi, " Sesungguhnya Allah menolakkan bencana-bencana karena kehadiran muslim yang saleh dari seratus keluarga tetangganya. Kemudian ia membaca firman Allah, " Sekiranya Allah tidak menolakkan sebagian manusia dengan sebagian yang lainnya, niscaya sudah hancurlah bumi ini " (qs.2:251). Lalu siapa orang yang saleh itu ? Kata Rasulullah SAW, " Mereka tidak mencapai kedudukan yang mulia itu karena banyak salat atau banyak puasa." " lantas karena apa ? "tanya di antara sahabat, dengan agak heran. Beliau bersabda, "Dengan kedermawanan dan kecintaan yang tulus kepada kaum muslimin." Dalam hadis lain Nabi SAW berkata, " Orang dermawan dekat dengan surga dan jauh dari neraka." Si dermawan hatinya selalu tenang dan akan selalu menemukan kenikmatan di dalam segala situasi. Lebih-lebih dalam beribadah, terutama ketika salat. Sebabnya karena ia akan terus dijaga oleh para malaikat, diberi cahaya alam kegelapan dan diberi ilmu secara langsung oleh Allah SWT. Oleh karena itu ketika kita membantu orang-orang miskin, janganlah berpikir bahwa kita membantu. Pada hakikatnya kitalah yang dibantu oleh mereka. Antara lain kita dibawa lebih dekat kepada Allah SWT. Rasulullah SAW sangat menyenangi tempat-tempat yang di situ kita menyantuni fakir miskin. Kepada Aisyah, beliau berpesan, " Wahai Aisyah, dekatilah orang-orang miskin. Cintai mereka, nanti Allah kan dekat dengan kamu." Dalam satu hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, " Carilah karunia Allah dengan mendekati orang yang dekat dengan orang miskin. Karena pada merekalah Aku jadikan keridhaan-Ku." Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, " Surga adalah kampung orang dermawan." Dari beberapa data di atas, jelas bagi kita bahwa yang mempercepat orang mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah SWT bukanlah frekuensi salat sunat dan puasa sunat. Semua ibadah itu hanyalah ungkapan rasa syukur kita kepada Allah yang seringkali jauh lebih sedikit dari anugerah Allah kepada kita. Yang sangat cepat mendekatkan diri kepada Allah, ialah al sakha, kedermawanan dan kesetiaan yang tulus kepada kaum muslim. Yang paling hebat lagi, kalau bergabung semuanya. Ibadah ritual dan ibadah sosial. Rasulullah SAW bersabda, " Barang siapa di waktu pagi berniat untuk membela orang yang teraniaya dan memenuhi kebutuhan seorang muslim, baginya ganjaran seperti ganjaran haji mabrur."
Sabtu, 04 Oktober 2008
Met Idul Fitri 1429 H
Penantian itu membuatku merasa jenuh untuk menantikannya.
Sabtu, 22 Maret 2008
Sabtu, 09 Februari 2008
Hari Valentine di Mata Masyarakat Pakistan
"Agama kami (Islam) mengajarkan kami untuk bersikap baik dan saling mencintai antar seluruh anggota keluarga seumur hidup kami. Bagi saya aneh, melihat sejumlah orang menantikan kedatangan suatu hari di mana mereka bisa menunjukkan kasih sayang pada isteri atau saudara-saudaranya yang lain, " kata Tanya Hussein, seorang guru.
Zohaib seorang eksekutif di perusahaan multi nasional di Karachi bahkan menilai hari Valentine sebagai perayaan yang "terkesan bodoh."
"Saya pikir, bagi pasangan menikah, romatisme bahkan bisa dilakukan hanya dengan duduk bersama pada malam hari sambil menikmati kopi. Sengaja membuat rencana untuk satu hari seperti itu, terkesan bodoh sekali, " ujar Zohaib.
Sebagian besar masyarakat Pakistan tidak begitu peduli dengan hari Valentine. "Saya tidak tahu hari apa itu?" kata Jummah Shah seorang buruh di pelabuhan Karachi.
Menurut Jummah, masyarakat Pakistan tidak punya waktu mengingat apalagi merayakan hari Valentine, karena mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
"Kami tidak punya waktu untuk hal semacam itu, " katanya sambil tertawa lebar.
Ia menyambung, "Acara-acara seperti itu hanya untuk mereka yang punya banyak uang. Sedangkan saya hampir tidak mampu mencari nafkah untuk keluarga saya. Saya tidak punya waktu untuk memberi hadiah atau bunga. "
Budaya BaratMeski pemerintah Pakistan-negara yang mayoritas penduduknya Muslim-tidak melarang mereka yang ingin merayakan Valentine, para ulama di negara itu sejak lama menyatakan bahwa perayaan itu merupakan produk budaya Barat.
"Ini adalah taktik yang digunakan Barat untuk merusak pemikiran anak-anak muda kita. Apa hubungannya cinta dengan pesta anggur dan dansa-dansa, saling bertukar hadiah dan berkumpulnya pasangan-pasangan yang belum menikah, " kritik Khalil ar-Rahman, seorang imam masjid di Pakistan.
Ia menambahkan, kebiasaan merayakan hari Valentine bisa mendorong hubungan pra-nikah yang dilarang dalam Islam.
"Masyarakat kita tidak seperti masyarakat Barat di mana seorang anak harus berpisah dengan orang tuanya saat ia sudah berusia 18 tahun ke manapun mereka mau pergi. Kita tidak bisa membiarkan anak-anak gadis dan anak laki-laki kita melakukan hubungan pra-nikah, " papar ar-Rahman.
Meski demikian, ada segelintir orang Pakistan yang merayakan hari Valentine dengan alasan hanya sebagai selingan untuk mengurangi kejenuhan hidup sehari-hari.
"Saya capek dengan rutinitas sehari-hari, khususnya menjaga anak-anak. Setiap hari ulang tahun perkawinan, ulang tahun kelahiran dan hari Valentine, saya bisa mendapatkan alasan untuk bisa mengenakan gaun dan pergi keluar bersama suami tanpa anak-anak, " kata Ghazala, seorang ibu rumah tangga berusia 21 tahun.
Ghazala mengaku tidak peduli dengan asal muasal hari Valentine yang berakar pada agama Kristen. "Siapa yang peduli? Saya merayakannya hanya untuk melepaskan kepenatan dari rutinitas sehari-hari, tidak lebih, " tukasnya.
Ahmad, seorang mahasiswa mendukung pernyataan Ghazala. "Segala sesuatu selayaknya jangan selalu dikaitkan dengan Islam dan budaya. Kami, Alhamdulillah Muslim dan dengan merayakan hari ini, keyakinan kami tidak luntur, " katanya berargumen.
Kepentingan KomersilMenurut sebagian masyarakat Pakistan dan pakar ekonomi, perayaan hari Valentine makin terkomersialisasi. "Saya tidak mengerti mengapa Valentine dirayakan di Barat, di mana segala sesuatunya sudah dijadikan produk komersil, bahkan cinta, " kata Hussein.
"Saya melihat kebiasaan ini tidak lebih sebagai event komersil" sambungnya.
Menurut para ekonom, bisnis terkait perayaan hari Valentine bisa mencapai 160 juta dollar di seluruh Pakistan.
Wartawan ekonomi, Sohail Afzal mengatakan, hari Valentine sudah menjadi event komersil di kota-kota besar dalam lima atau enam tahun terakhir."Event ini dipromosikan oleh perusahaan-perusahaan multi nasional, perusahaan telepon genggam, hotel dan lainnya hanya untuk kepentingan komersil, " kata Afzal.
Jumat, 08 Februari 2008
Ada Apa dengan Valentine's Day?
Hukum Merayakan Hari Valentine
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.” Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih). Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan : “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam.Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.” Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku. Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya. Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir. Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya. Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita.